Konsumsi Kertas Mahasiswa

Konsumsi Kertas Mahasiswa

Oleh: Nur Amalia Kurniawati (General Forestry 2015)

Kertas merupakan barang yang banyak digunakan oleh masyarakat dengan berbagai usia. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dunia, permintaan akan kertas juga meningkat. Produksi kertas yang banyak ini tentu saja sebagai akibat dari konsumsi kertas dunia yang juga meningkat. Mahasiswa ialah salah satu contoh kalangan pengguna kertas yang sangat boros. Kertas tersebut mereka gunakan sebagai bahan penulisan laporan, tugas akhir, dll.

Penggunaan kertas yang banyak akan menyebabkan peningkatan jumlah limbah kertas. Sampah kertas adalah sampah yang termasuk sampah anorganik yang sangat sulit diuraikan dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat diurai bahkan sampai puluhan tahun. Sampah-sampah tersebut akan menimbulkan masalah-masalah yang dapat mengganggu kebersihan dan keindahan lingkungan.

Ternyata, kampuslah yang paling boros penggunaan akan kertas. Hal ini terbuktikan dengan mahasiswa yang menyusun segala laporan maupun tugas akhirnya. Sebagai mahasiswa yang ingin cepat lulus dan mendapat gelar studinya, maka kewajiban inilah yang benar-benar mereka fokuskan. Mereka harus memberikan hasil tugas tersebut dalam bentuk hard copy (print-out). Berapa jumlah kertas yang akan dihabiskan ? Kurang lebih untuk sekali skripsi itu minimal 200 lembar dengan konten skripsi yang sedikit. Bayangkan apabila konten dari skripsi tersebut sangat kompleks, akan berapa banyak lembar yang dikonsumsi ?

Contoh saja, hal yang paling kecil berkaitan dengan batas tepi / margin yang disusun dengan aturan 4 4 3 3 yaitu batas atas samping kiri sebanyak 4 cm dan batas bawah samping kanan 3 cm. Itu sudah menyita banyak ruangan pada selembar kertas tersebut. Berlanjut dengan penulisan pada karya ilmiah yang disusun dengan menggunakan spasi ganda, bisa anda bayangkan betapa borosnya seorang mahasiswa menggunakan kertas untuk mencetak karya ilmiahnya. Taruhlah contoh aturan ini hanya pada lingkup UGM saja, khusunya mahasiswa S1/D3 yang kisarannya sekitar 4800 orang. Jika rata-rata mahasiswa S1/D3 menulis karya ilmiah sebanyak 100 lembar dan digandakan 5x hasilnya, dalam setahun mereka menghasilkan 2.400.000 lembar kertas. Itu baru mahasiswa S1/D3, bagaimana jika ditambah dengan mahasiswa S2 dan S3 ? Sekarang, hanya satu kampus saja lembar kertas yang dipakai dalam setahun sudah tebuang banyak. Bagaimana seribu kampus lainnya ? Bagaimana juga kalau se-Indonesia ?

Kita berfikir lagi, jika kertas yang digunakan berasal dari pohon, satu pohon menghasilkan 15 rim kertas / tahun. Maka, untuk memenuhi tugas mahasiswa di UGM ini, kita harus menebang pohon sebanyak 854 buah / tahun. Ini baru se-kampus ? Bagaimana seribu kampus lainnya ?  Apa tanggapan kalian mengenai hal tersebut sebagai mahasiswa kehutanan ?

Tak disangka penyebab semua ini adalah konsumsi kertas dari kalangan mahasiswa. Itulah sebab utama deforestasi dan bisa jadi perilaku para illegal logging yang marak di luar sana karena kita juga (pejuang skripsi). Jadi, masih pantaskah kita menuding pihak-pihak lain sebagai penyebab kerusakan hutan sedangkan kaum intelektual lah sumber utama masalah kerusakan hutan ?

Skripsi / karya ilmiah ialah cara yang bijak untuk menemukan solusi, tetapi jika prosesnya menimbulkan masalah berantai seperti ini, sama saja tidak ada pertanggungjawaban atas semua itu. Besar harapan saya jika sistem UGM ini menerapkan “papperless” yang diterapkan dan ditegaskan secara bijak, pastilah selain menghasilkan kaum intelektual tetapi juga mahasiswa yang peduli akan kelestarian alam dan lingkungan.

Categories: KM FKT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.