Problematika Mahasiswa, Kehutanan dan Lingkungan

Problematika Mahasiswa, Kehutanan dan Lingkungan

Oleh: Hajar Lutviah (General Forestry 2015)

Mahasiswa adalah sosok agen perubahan bangsa, tapi itu dulu disaat jaman tak lagi di jajah IT. IT memang penting sangat penting demi kemajuan bangsa. akan tetapi jaman saat inilah yang di takutkan bung Karno dimana semangat para pemuda tak lagi sama saat dulu. Semangat sangat boleh dianjurkan akan tetapi harus ada realitanya bukan hanya sekedar wacana yang hanya untuk memenuhi update di sosmed. Tapi tidak semua mahasiswa seperti itu, untungnya masih tersisa mahasiswa yang diharapkan bung Karno. Tapi seberapa banyak pemuda seperti itu ?

Hal seperti ini tentunya menjadi momok bagi para mahasiswa khususnya mahasiswa baru yang masih harus beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda dari sebelumnya. Apalagi menjadi anak perantuan, adaptasi sangat penting agar kita bisa survive dalam dunia perkuliahan dan bermasyarakat di lingkungan yang baru. Menurut wawan selaku ketua ikatan keluarga gadjah mada Sumatra selatan ,” Nikmati setiap proses adaptasi itu seperti minum obat pahit dan susah di awal tapi cepat sembuh dan adaptasinya”.

Didalam beradaptasi tentunya akan mengalami kendala-kendala. Itu sebabnya tidak sedikit dari mahasiswa yang terjebak dengan kondisi yang buruk tanpa bisa keluar dari kondisi tersebut. Sebenarnya ini bukan masalah jalan buntu yang tidak bisa menemukan jalan lain akan tetapi seberapa beranikah kita mendobrak keyakinan yang semakin mengakar di hati kita. Ya kita harus kuat menolak dengan keyakinan yang salah itu, keyakinan yang membawa ke jalan buntu dan gelap. Sehingga problematika sebenarnya adalah lahir dari diri kita sendiri. Kita yang membuat problem itu muncul dan seberapa lama kita menyelesaikan problem itu.

Berbicara mengenai problematika menurut saya muncul karena 2 sebab, kurangnya kepekaan terhadap lingkungan sekitar dan  kurangnya membangun benteng diri. Sehingga  problematika mahasiswa yang muncul di wilayah kampus maupun di luar wilayah kampus pasti akan membawa dampak buruk ataupun sebaliknya didalam kehidupan kita. Disini saya tidak akan memaparkan masalah-masalah apa saja yang muncul karena sejatinya setiap mahasiswa memiliki masalah yang berbeda. Secara garis besar masalah-masalah itu muncul karna kurangnya beradaptasi. Beradaptasi dengan lingkungan sekitar sehingga kita akan dipandang menjadi mahasiswa yang terbuka, beradaptasi dengan munculnya masalah di negeri ini sehingga kita akan menjadi mahasiswa yang tanggap dan cekatan, beradaptasi dengan budaya di lingkungan yang baru sehingga kita akan dipandang menjadi mahasiswa yang peduli akan budaya Indonesia, beradaptasi dengan perasaan tidak takut gagal maka kita akan menjadi mahasiswa yang terus bekerja keras dan masih banyak lagi sesuatu yang perlu kita adaptasikan. Menurut Abner mahasiswa pascasarjana ilmu komunikasi UGM, ”seorang mahasiswa itu seorang pejuang dan pemenang. Jangan pernah berfikir bahwa anda akan gagal atau kalah. Tidak ada tugas atau tantangan yang terlalu berat untuk tidak bisa dikerjakan”.

Sebenarnya membahas tentang mahluk yang hidup di bumi itu tiada habisnya, coba kita lihat bagaimana keadaan bumi yang kita pijak ? bukankah sudah kita lihat banyak aksi yang dilakukan oleh bumi kita? Kebakaran di lahan gambut yang memakan banyak korban jiwa bahkan kebakaran di gunung-gunung hutan Indonesia yang tentunya memakan korban jiwa dan lahan kita. Siapa yang salah akan adanya hal ini ?

Kita sebagai penghuni bumi seharusnya peka akan hal bahwasanya sudah lama bumi ini menangis, berteriak keras kepada kita. Entah bagaimana mengembalikan keadaan bumi sekarang. Hutan di negeri ini semakin lama semakin terjual. Terjual dengan hal sesuatu yang menggiurkan bahkan tidak memperdulikan kaum yang dianggapnya minoritas di bangsa ini. Maraknya demonstransi, pembunuhan, perampasan akibat lahan mata pencaharian mereka yang menjadi korban akan hal itu. Lantas masih kah kita berdiam diri dengan angan-angan kosong belaka ? sebuah keadilan yang harus terus ditegakkan jikalau tidak menginginka hal ini terus-menerus terjadi. Tak perlu terus-menerus menyalahkan pemimpin negri ini, biarlah pemimpin negri ini berjuang dengan keras atas tanggung jawabnya. Selanjutnya mari kita intropeksi diri, sudahkah kita berkorban untuk negri ini? tak perlu menunggu kerusakan yang lebih parah lagi, tak perlu menunggu terungkapnya oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab itu, tak perlu menunggu adanya pergerakan yang mengatasnamakan bangsa ini.Mari kita BERGERAK, bergerak dari ketidakpedulian, bergerak dari kegelapan, bergerak dari kebisuan, bergerak dari ketulian dan bergerak dari kebutaan. Benar kata soe hok gie, “ masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain”. Bahkan Soe Hok Gie menjelaskan “Alam memberi kita satu lidah, akan tetapi memberi  kita dua telinga, agar kita mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara” . Salam Wanacita^^

Categories: KM FKT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.