FORUM TERBUKA DEKANAT
- Post by: admin
- Mei 24, 2014
- No Comment
“Karena Aspirasimu Membawa Angin Segar Perubahan”
Forum Terbuka Dekanat (FTD) dilaksanakan pada hari Jum’at (23/5) di audit Fakultas Kehutanan UGM. Adapun pihak dekanat yang hadir adalah Bapak Dr. Satyawan Pudyatmoko, M. Sc. (Dekan), Dr. Sigit Sunarta, S. Hut, M. Sc. (Wadek I), Dr. Ir. Lies Rahayu, M. P (Wadek III), dan Dr. Widyanto Dwi Nugroho, S. Hut (Kepala Kaprodi S1). Untuk mengawali penyampaian aspirasi dan diskusi, dilakukan penyampaian hasil riset oleh tim Riset dan Pengembangan (Risbang). Dalam pemaparan data ini, disebutkan bahwa setidaknya ada 3 bahasan yang diangkat yaitu terkait sarana dan prasarana (sarpras) kampus, kurikulum, dan lembar evaluasi dosen. Ketiga pokok bahasan tersebut juga mencakup bahasan lain seperti SDM, PU Getas, UKT, Sistem KRS, Magang, dan Akreditasi.
Dalam pemaparan data, pemilihan responden didasarkan pada 3 angkatan yang masih aktif di kampus yaitu angkatan 2011, 2012, dan 2013. Dari hasil riset, ditemukan bahwa 87% responden tidak puas terhadap sarana prasarana internal kampus, bahkan pada riset kedua, 41% mahasiswa menyatakan sarpras harus diperbaiki. Kebutuhan yang harus diperbaiki tidak hanya kebutuhan fisik, tetapi juga SDM khusunya bidang TU dan keamanan. Tim Risbang menyatakan setidaknya, hal-hal yang harus diperbaiki yaitu wifi, LCD, toilet, kursi, ruang kelas, AC, kantin, hingga birokrasi perizinan peminjaman tempat atau alat yang tidak diketahui oleh mahasiswa.
Untuk permasalahan kurikulum, mahasiswa memprotes materi kuliah yang perhutani oriented. Sebagian besar masih terbatas pada pengelolaan jati, bukan menyeluruh seperti visi dan misi Fakultas Kehutanan. Kemudian adanya General Forestry yang ingin ‘dinaungi’ seperti halnya HMM BSO yang lain. Dalam bahasan ini juga muncul wacana untuk mengadakan magang (90% mahasiswa menyatakkan ada keinginan untuk magang).
Sedangkan terkait evaluasi dosen, 77% merasa tidak efektif, 62% mahasiswa mengharapkan profesionalitas dosen, 8% tidak merekomendasikan elisa sebagai media pembelajaran, dan adanya protes bahwa dosen cenderung menggunaka power point yang sama dari tahun ke tahun.
Diskusi Sesi 1: Sarpras Kampus
Adapun diskusi yang disampaikan oleh mahasiswa yaitu SDM yaitu tim keamanan maupun pengelola TU yang kurang ramah, disertai pula birokrasi yang sulit. Dekanaat memohonkan maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi, tetapi tetap menghimbau mahasiswa untuk juga menghormati aturan yang telah ditetapkan. Kemungkinan ketidakramahan pelayanan yang diberikan bisa diakibatkan oleh berbagai macam hal, terutama adanya SOP yang tidak dipatuhi oleh mahasiswa. Pihak dekanat menginginkan adanya win-win solution, dimana mahasiswa sebaiknya mematuhi SOP yang diajukan –dalam hal ini juga ada usulan untuk menempel SOP tersebut di loket akademik. Disamping itu, dekanat juga akan memberikan pembinaan kepada para karyawan secara internal. Beberapa hal yang diharapakan dekanat dari mahasiswa adalah hal-hal sebagai berikut:
- Mahasiswa sebaiknya parkir sepeda motor di tempat yang sudah disediakan, bukan di taman timur
- Jika meninggalkan sepeda motor maupun sepeda, diharapkan menghubungi satpam terlebih dahulu
- Sekre bersama, harapannya tidak digunakan untuk memasak dan dimohon tidak meninggalkan piring kotor di dalam kamar mandi. Kebersihan sekber juga dipertanyakan.
- Kita memiliki jam malam kampus, yaitu jam 22.00 WIB, harapannya aturan ini juga ditepati
- Dekanat mendapat laporan tentang fasilitas memanjat dinding yang digunakan oleh orang di luar kehutanan. Diharapkan menghubungi dekanat terlebih dahulu, sesuai aturan
- Jika petugas ruang tidak ada dan dosen lupa, mohon mahasiswa membantu untuk mematikan LCD dan lampu.
- Setiap ada acara di fakultas, silakan panitia membuat surat tembusan ke satpam.
Aspirasi yang disampaikan selanjutnya adalah adanya permintaan untuk pengadaan Ruang Terbuka Mahasiswa (RTM). Sedangkan untuk RTM, dekanat sudah memikirkan hal tersebut baik dari segi alternatif lokasi maupun pendanaan. RTM ini harapannya sudah dapat digunakan oleh mahasiswa seusai lebaran, begitu pula kantin yang diusahakan lebih baik daripada kantin yang lalu. Untuk pengadaan barang-barang baru seperti AC, LCD, dan lain-lain memang tidak bisa secara langsung diusahakan dalam sekali waktu. Fakultas perlu melakukan peninjauan ulang bagi ala-alat praktikum yang sudah uzur. Kemudian, baru diputuskan apakah akan diperbaiki atau membeli baru, sebab pendanaan fakultas tidak boleh sembarangan digunakan. Masalah yang sering terjadi pula adalah anjloknya server saat periode KRS online. Tetapi, Pak Widy selaku Kaprodi S1 telah menjanjikan untuk menambah kapasitas sehingga ke depan tidak akan terjadi permasalahan teknis seperti kemarin.
Tidak hanya masalah teknis saja yang diusung, melainkan juga masalah kebersihan kampus baik masalah sampah di arboretum hingga kebersihan toilet. Untuk mengatasi hal ini, pihak fakultas telah berkoordinasi dengan UGM pusat sehingga diharapkan tidak lagi membuang sampah di arboretum. Sebagai langkah antisipasi, dekanat menjanjikan akan memasang banner larangan membuang sampah di arboretum. Dekanat juga berpesan kepada para mahasiswa, jika ada permasalahan seputar lingkungan yang mengganggu dapat langsung disampaikan kepada yang bertanggung jawab, tidak perlu menunggu adanya forum terbuka dekanat maupun forum sejenisnya.
Diskusi Sesi 2: Kurikulum
Pada bahasan kurikulum, hal yang pertama kali mendapat sorotan adalah adanya isu akreditasi General Forestry yang dinilai ‘C’. Sebelum masuk ke bahasan yang lebih dalam, mahasiswa menanyakan definisi dan urgensi akreditasi itu sendiri. Secara definisi yang kongkrit, suatu lembaga diberikan status akreditasi jika sudah memenuhi persyaratan yang ada. Jika sudah memenuhi syarat, maka akreditasi yang didapartkan adalah A. Jika tidak, maka bisa jadi B atau C. Standar tersebut mengacu pada UU 12 tahun 2012 bahwa tiap institusi pendidikan harus mendapatkan akreditasi terutama dari BAN PT –sebagai lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah Indonesia. Banyak juga perusahaan di Indonesia yang mensyaratkan adanya akreditasi bagi para pelamar pekerjaan. Sehingga mau tidak mau persoalan akreditasi ini menjadi sangat penting.
Berikut ini adalah hal-hal yang telah dilakukan oleh Fakultas Kehutanan dalam upaya memperjuangkan akreditasi General Forestry:
Desember 2012 : Dibentuk tim penyusun akreditasi FKT
Januari 2013 : Mulai penyusunan borang
Juli-Agustus 2013 : Audit internal dari badan penjaminan mutu UGM, nilai A
September 2013 : Pengiriman borang ke BAN-PT, Jakarta
Oktober 2013 : Reakreditasi prodi MH, tetap A dan berlaku selama 5 tahun
Maret 2014 : UGM dan DIKTI berdiskusi dan menghasilkan adanya surat keterangan dari BAN-PT yg menyatakan akreditasi sedang dalam proses sehingga status prodi masih menggunakan yang terdahulu (semua prodi A)
April 2014 : Pendekatan ke BAN-PT untuk mengadakan akreditasi 2010 yang lulus bulan Mei 2014. Akhirnya disetujui. Ketiga mahasiswa tetap mendapat akreditasi A sampai ada surat keterangan.
Mei 2014 : Universitas memberitahukan PDPT (Pangkalan Data Perguruan Tinggi) tercatat sebagai mahasiswa prodi kehutanan, sehingga tidak dapat diluluskan seperti prodi terdahulu. Ijazah sempat ditunda, tetapi saat ini ada titik cerah bahwa PDPT dapat diurus secepatnya. Minggu ini dan minggu depan akan ada rapat tentang pemberian akreditasi. Pihak dekanat mentargetkan bahwa ijazah ketiga lulusan GF 2010 akan diterbitkan minggu depan.
Dekanat mengaku sudah cukup aktif untuk mendesak BAN-PT untuk melakukan visitas, tapi tetap tidak bisa karena menuggu antrian. Upaya jemput bola pun dibalas dengan adanya 2 surat yaitu akreditasi program THH dan KSDH dianggap masih hidup serta bagi para lulusan, akreditasinya diikutkan ke minat yang sudah ada. Yang menjadi masalah adalah, di PDPT tidak tercantum minat mahasiswa, tetapi secara umum ‘General Forestry’. Oleh karena itu, solusi yang ditempuah adalah dengan melakukan migrasi data (mengubah pangkalan data), yang pusatnya ada di UGM sendiri. Para lulusan pun tidak masalah jika mendaftar sebagai CPNS, karena sudah dilakukan perubahan data di PDPT.
Persoalan selanjutnya adalah adanya perubahan kurikulum pada tahun 2015 mendatang. Sistem PU Getas akan dirombak, belum lagi kewajiban magang juga akan diterapkan mulai tahun itu. Perubahan kurikulum ini dipastikan tidak akan membebani mahasiswa angkatan tua (2011 ke atas). Yang bisa dibilang baru mulai tahun ini adalah ditiadakannya KRS manual, tapi mahasiswa harus tetap berada di Yogyakarta ketika melakukan KRS online. Harapannya adalah mahasiswa tetap berkonsultasi dengan DPA masing-masing. Untuk angkatan 2012 yang belum mendapatkan DPA, dijanjikan sampai sebelum UAS bulan Juni mendatang.
Diskusi Sesi 3 : Evaluasi Dosen
Lembar evaluasi dosen dinilai tidak efektif, karena mahasiswa merasa tidak ada perubahan sebelum dan sesudah evaluasi. Tetapi, dekanat menyatakan bahwa evaluasi dosen ini hanya dibahas di kalangan dosen saja.
Salah satu masalah mendesak yang juga disampaikan dalam Forum Terbuka Dekanat ini adalah adanya mahasiswa yang mampu dalam hal finansial tetapi mendapatkan beasiswa Bidik Misi. Hal ini cukup meresahkan dan menyebabkan kesenjangan. Tetapi, pihak dekanat hanya menjawab bahwa penurunan UKT hanya akan dilakukan jika disertai dokumen-dokumen pendukung.
Yogyakarta, 23 Mei 2014
Notulen
Arina Damayanti (BDH 11)