Tak Melulu Soal Kesehatan Fisik, Kesehatan Mental juga Perlu Dijaga di Era New Normal

Tak Melulu Soal Kesehatan Fisik, Kesehatan Mental juga Perlu Dijaga di Era New Normal

Oleh : Julian Ariza Pradana dan Yustitia Rizki Halalia

Pandemi Covid-19 mengakibatkan berbagai dampak buruk yang membuat
kekhawatiran dan kecemasan pada setiap elemen masyarakat. Bagaimana tidak?
Pasalnya pandemi Covid-19 tidak hanya menyerang kondisi kesehatan fisik seseorang,
tetapi juga melumpuhkan setiap lapisan sektor, baik itu sektor ekonomi, pariwisata,
agro dan lain-lain. Keadaan yang semakin mendesak mengharuskan pemerintah untuk
segera mengambil kebijakan penanganan Covid-19. Kebijakan tersebut yaitu seperti
Work From Home, Social Distancing atau Physical Distancing, karantina, penerapan
protokol kesehatan yang mewajibkan penggunaan masker, rajin mencuci tangan, dan
membawa hand sanitizer serta terdapat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB).

Semakin anjloknya perekonomian bangsa mendorong pemerintah untuk
membuat suatu kebijakan baru yang diberi istilah New Normal. New Normal
merupakan suatu kebijakan yang mengharuskan kita menerima keadaan untuk hidup
berdampingan dengan Covid-19, tujuannya untuk menggerakkan kembali roda
perekonomian. Contohnya ialah dengan melonggarkan PSBB di beberapa daerah dan
membuka kembali pusat perbelanjaan. Pada era New Normal, kita diizinkan untuk
melakukan aktivitas seperti biasanya, namun dengan mengindahkan protokol
kesehatan terkait Covid-19. Meski begitu, kita dianjurkan untuk tetap menjaga diri di
rumah dan meminimalisir kegiatan sosial. Pandemi yang tak kunjung usai dan
kebijakan yang membatasi individu berinteraksi di luar rumah tidak hanya
mengakibatkan hilangnya mata pencaharian, keadaan yang tidak pasti dan ketakutan
penyebaran virus menyebabkan depresi serta cemas berkepanjangan yang pada
akhirnya berimbas pada terganggunya kondisi kesehatan mental dan psikologis
seseorang.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kejiwaan Indonesia (PDSKJI) melakukan suatu
swaperiksa mengenai masalah mental dengan menggunakan tiga penilaian yaitu untuk
menilai rasa cemas, depresi dan trauma psikologis. Dari 2364 responden yang ikut
melakukan swaperiksa, 31% tidak memiliki masalah psikologis dan 69% sisanya
memiliki masalah psikologis dimana 68% menderita cemas, 67% depresi, serta 77%
trauma psikologis.

Menurut dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ dalam webinar bertemakan kesehatan
mental yang diselenggarakan oleh Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta,
setiap orang mempunyai reaksi berbeda terhadap stres dan cara menghadapi pandemi
tergantung mekanisme coping yang digunakan oleh tiap individu. Stres pada saat
pandemi Covid-19 bisa berwujud dengan kekhawatiran dan ketakutan akan kesehatan
diri sendiri serta orang yang dicintai, perubahan pola tidur dan makan, kesulitan
berkonsentrasi, perburukan masalah kesehatan kronik, perburukan kondisi kesehatan
jiwa, serta peningkatan pemakaian alkohol dan zat adiktif lainnya.

Kelompok populasi yang menunjukan distres psikologis tinggi di era New
Normal pada saat pandemi yaitu tenaga kesehatan dan medis, lansia dengan kondisi
kesehatan pre-existing dan kesepian, pada anak dan remaja yang terpicu oleh
perubahan sistem pembelajaran dan ketidakpastian masa depan, pada perempuan, serta
para pekerja humanitarian contohnya relawan yang bekerja di wilayah konflik.
Seorang individu yang terpapar gangguan kesehatan mental dapat jatuh pada dua
kondisi, yaitu kondisi behavioral disengagement dan mental disengagement. Kondisi
behavioral disengagement merupakan kondisi dimana seseorang kurang berusaha
dalam menghadapi stresor, bahkan menyerah atau menghentikan usaha untuk
mencapai tujuan karena terganggu oleh stresor. Hal tersebut merupakan sebuah wujud
ketidakberdayaan. Seseorang dengan kondisi mental disengagement merupakan
kondisi dimana seseorang suka melamun atau berkhayal, tidur, dan terpaku menonton
TV untuk melarikan diri dari masalah, misalnya yaitu hanya menonton drama korea,
Netflix, Hulu, Apple TV, dan Viu.

Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Young Minds, rutinitas di sekolah
maupun kampus menjadi salah satu mekanisme mengatasi stres. Maka dari itu, dengan
segala aktivitas di sekolah atau kampus yang masih menerapkan sistem daring
menyebabkan adanya konsekuensi-konsekuensi buruk kepada pelajar. Pelajar
mengalami emosi negatif yang bertumpuk, contohnya bagi pelajar yang merasa
lingkungan sekolah atau kampus seperti rumah sendiri, maka tidak berkecimpung di
lingkungan kampus dapat menyebabkan stres dan frustasi. Tidak sedikit pelajar yang
merasa kesepian akibat tak dapat berinteraksi secara langsung dengan pasangan
maupun sahabat. Pelajar yang biasanya menerima sarana konseling dari sekolah atau
kampus juga menjadi rentan terpapar stres dan timbul resiko untuk melakukan
percobaan bunuh diri.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu menjaga kesehatan mental dan
psikologis dikala pandemi seperti ini di era New Normal. Berikut merupakan
rekomendasi hal-hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kondisi mental dan
psikologis, di antaranya yaitu:

  1. Fokus dengan hal-hal yang kita sukai
    Selama menjaga diri di rumah, kita dapat melakukan hal-hal yang positif salah
    satunya dengan mengeksplorasi dan mengembangkan apa yang ada dalam diri kita.
    Misalnya jika seseorang memiliki hobi memasak, maka dapat meningkatkan jiwa
    wirausaha dengan berjualan makanan. Contoh lainnya, jika seseorang gemar menulis
    dan cinta belajar, maka dapat dikembangkan dengan mengikuti lomba esai atau
    menulis artikel.
  2. Melakukan diet berita dan media social
    Berita terkini yang tersebar di berbagai platform tak jarang menjadi sumber
    kecemasan suatu individu, contohnya berita harian mengenai Covid-19 yang semakin
    hari semakin bertambah. Berbagai macam postingan di media sosial yang mengandung
    unsur kesenjangan juga dapat menimbulkan rasa insecure yang dapat menyebabkan
    kegelisahan pada seseorang. Maka dari itu, diperlukan adanya diet berita dan media
    sosial untuk mencegah agar kita tidak terpapar stres di era New Normal. Kita dapat
    menentukan sendiri porsi penggunaan yang disesuaikan dengan kondisi mental dan
    psikologis kita. Contoh sederhananya dapat dimulai dari saat bangun tidur. Cobalah
    untuk tidak langsung membuka HP dan media sosial, tetapi lakukan kegiatan seperti
    duduk sambil memejamkan mata selama kurang lebih 5 menit sembari memikirkan
    beberapa hal yang disukai dan dapat membuatmu tersenyum. Hal tersebut dapat
    membuat pikiran menjadi lebih positif dan merasa bersyukur terhadap apa yang
    dimiliki.
  3. Tetap berinteraksi dengan orang-orang
    Menjaga komunikasi agar tetap dapat berinteraksi dengan teman atau orang lain
    menjadi salah satu cara untuk bertahan dan merawat kondisi psikologis kita. Contohnya
    dengan mengikuti rapat online suatu kepanitiaan atau organisasi, kumpul online
    bersama teman, serta mengikuti webinar. Berkomunikasi dengan teman merupakan
    suatu bentuk penyegaran pikiran di tengah pandemi dan era New Normal, hal tersebut
    dapat dilakukan melalui Google Meet, Zoom, Webex atau yang lainnya.
  4. Menetapkan rutinitas
    Kebingungan dalam memikirkan apa yang harus dilakukan tak jarang
    menimbulkan stres dan frustasi pada individu. Menetapkan jadwal rutinitas atau
    kegiatan yang harus dilakukan setiap harinya membuat kita fokus dan tidak
    kebingungan memikirkan apa yang harus dilakukan di era New Normal seperti
    sekarang. Jenis kegiatannya dapat beragam disesuaikan dengan kesibukan masingmasing orang, namun hendaknya kegiatan yang dilakukan merupakan hal yang positif
    dan produktif agar apa yang kita lakukan setiap hari dapat bermanfaat setidaknya bagi
    diri kita sendiri.
  5. Menerapkan sikap “Wait & Watch”
    Sikap wait & watch ini merupakan perilaku untuk tidak gegabah dalam menerima
    informasi dan melakukan sesuatu, misalnya adalah ketika terdapat berita bahwa pusat
    perbelanjaan telah dibuka. Kita hendaknya bijak dan tidak terburu-buru untuk segera
    mengunjungi pusat perbelanjaan tersebut, ada baiknya apabila kita melihat dan
    menunggu dulu bagaimana situasinya, apakah benar-benar aman atau tidak. Jangan
    sampai dengan dibukanya pusat perbelanjaan malah menimbulkan adanya klaster baru
    Covid-19 karena masih banyak orang yang gegabah dalam mengambil keputusan.
  6. Tetap merawat diri di rumah
    Merawat diri di rumah dapat dilakukan dengan berbagai macam hal seperti
    melakukan hal-hal yang menyehatkan diri contohnya dengan mengikuti kelas yoga
    melalui Zoom, melakukan olahraga, berjemur, makan makanan yang bergizi,
    mengonsumsi vitamin, tetap fleksibel dengan kondisi yang tampaknya akan terus
    berubah-ubah dan bersabar dengan diri sendiri, serta memperkuat spiritualitas diri
    dengan berdoa, berdzikir, dan meditasi.

Pandemi Covid-19 terbukti tidak hanya menyerang kesehatan fisik, tetapi juga
dapat menyerang kesehatan mental dan psikologis. Pada era New Normal seperti
sekarang, penting untuk mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan dan
berusaha menjaga pikiran kita agar tetap positif dalam menghadapi segala
kemungkinan keadaan yang masih dapat berubah-ubah kedepannya. Keenam hal yang
sudah dijelaskan diatas merupakan contoh hal yang dapat dilakukan di era New Normal
sebagai usaha untuk menjaga kesehatan mental dan psikologis kita agar tidak
mengalami stres, cemas, maupun depresi di tengah pandemi Covid-19.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.