Aksi yang Bukan Unjuk Diri

Aksi yang Bukan Unjuk Diri

Oleh: Fitria Fajar Rizqiani (General Forestry 2015)

     Berbicara mengenai problematika di negeri ini memang tidak akan ada habisnya. Sebagai mahasiswa maka kita perkecil lagi problematika yang akan dibahas, meskipun nantinya mungkin akan tetap ada yang berhubungan dengan negeri ini. Kali ini saya ingin membahas mengenai aksi-aksi yang seringkali gencar dilakukan mahasiswa. Sebagai mahasiswa yang termasuk agen perubahan, tentunya masa-masa seperti ini adalah saat di mana gairah dan semangat untuk melakukan suatu aksi sedang tinggi-tingginya. Yang perlu dipertanyakan adalah aksi yang seperti apa? Apakah aksi tersebut membawa banyak dampak yang baik dan hasil yang konkret sesuai dengan tujuan awal dilakukannya aksi tersebut? Sudah pasti pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan muncul dibenak semua mahasiswa. Namun, banyak juga yang tidak memikirkan hal ini. Kembali lagi ke pertanyaan untuk apa suatu aksi itu dilakukan? Sebab, kebanyakan aksi-aksi yang telah dilakukan itu kurang memberi dampak dan hasil yang konkret. Disamping membutuhkan biaya yang tentunya tidak sedikit, tenaga yang dikeluarkan dan waktu  yang telah dikorbankan juga akan menjadi sia-sia bila tidak ada hasil konkret dan tidak tercapainya tujuan dari aksi tersebut.

Memang terdapat sisi positif dari suatu aksi yaitu tandanya kita peduli terhadap suatu masalah dan berupaya menemukan solusi terhadap masalah tersebut dengan melakukan aksi itu misalnya. Tetapi apabila tidak ada hasil konkret, aksi itu kurang efektif sebagai solusi. Bila itu yang terjadi, aksi tersebut akan terkesan hanya untuk mencari perhatian masyarakat saja atau bahkan hanya untuk ajang unjuk diri saja. Padahal tujuan awal suatu aksi tentu ingin membantu menyelesaikan suatu permasalahan. Apabila aksi tersebut hanya dilakukan begitu saja, apakah masalah itu terselesaikan? Bila tujuannya menunjuk suatu pihak, apakah akan didengar? Lalu apakah pihak yang akan dibantu merasa terbantu? Sedangkan hasil konkret yang digunakan untuk membantu pun tidak ada. Maka dari itu sebelum melakukan suatu aksi, lebih baik dikaji terlebih dahulu apa saja tujuan, hasil yg ingin didapat, bahkan pengaruhnya pada lingkungan itu seperti apa. Agar aksi yang akan dilakukan lebih efektif dan ada hasil konkretnya untuk membantu mengatasi suatu permasalahan. Namun, perlu dipikirkan juga bila dengan negoisasi bisa menyelesaikan masalah, mengapa harus melakukan aksi?

Sebagai contoh pada permasalahan tentang asap di Riau, sebagai manusia bahkan mahasiswa kehutanan tentunya kita ingin membantu mereka yang di sana. Dalam bentuk apa dan bagaimana caranya? Di luar melakukan aksi, mungkin akan lebih berguna bila kita bersama-sama membuat suatu alat bantu pernapasan kemudian dikirimkan ke sana. Alat bantu pernapasan bisa dibuat menggunakan botol plastik bekas yang sudah disterilkan serta handuk basah lalu dibuat sedemikian rupa hingga menjadi alat bantu pernapasan. Sudah banyak tersebar di sosial media mengenai cara membuat alat tersebut, tapi adakah yang sudah membuatnya dalam jumlab besar untuk membantu masyarakat Riau dan sekitarnya? Mungkin hal ini salah satu yang bisa dilakukan mahasiswa karena tidak terlalu membutuhkan biaya besar. Bila bantuan berupa uang, misalnya didapat dari konser amal ataupun melakukan aksi untuk penggalangan dana, resiko di selewengkan lebih besar dan kurang efektif menurut saya pribadi. Akan jauh lebih baik bila pemerintah yang memberikan bantuan uang dan obat-obatan, terutama pengobatan gratis. Yang jelas saya lebih setuju untuk meminimalisir aksi yang kurang ada hasil konkretnya dan memperbanyak kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang konkret untuk membantu sesama.

Categories: KM FKT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.